Dinginnya malam menemani hatiku
Yang terselimuti kesedihan akan rindu
Jalan khayalpun berjalan dari satu ke yang lain
Dimana ku cari bayangmu
Yang masih menjadi misteri
Ada rindu yang tersimpan di bayang itu
Rindu yang semakin tak menentu
Bayang yang kau damba pun
Merasakan hal yang sama
Biarlah berjuta khayal
Yang belai tidur kita malam ini
Bersama hati yang merindu
Jumat, 29 Juli 2011
Menunduk ikhlas untukmu
Ketika hati telah terbius oleh rasa
Ketulusan tetap terjaga untukmu
Sekalipun luka begitu terasa
Namun hati tetap merindu
Dalam kata kata penuh makna
Sekilas membahas asa
Untuk menunggu bersama rindu
Begitulah arti cinta dalam rasa
Menunduk ikhlas untukmu
Ketulusan tetap terjaga untukmu
Sekalipun luka begitu terasa
Namun hati tetap merindu
Dalam kata kata penuh makna
Sekilas membahas asa
Untuk menunggu bersama rindu
Begitulah arti cinta dalam rasa
Menunduk ikhlas untukmu
Kehadiranmu
Betapa lama kau terpisah jauh dariku
Dan kini kau datang mengobati kerinduanku
Sayang seribu sayang
kau datang sekejap saja, bertegur sapa
Lalu pergi untuk masa yang lama
Ya... Kehadiranmu cuma sekejap mata
kau berikan bahagia, pergi lalu berucap CINTA
Jagat berputar
Dan aku terjebak dikegelapan malam
Sekejap, cahaya menyingkap sang kegelapan
Malampun kembali gulita
Hanya harapan tak tersampaikan yang tersisa
Kedua mata ini, begitu lama
Menahan kerinduan menatapmu, duhai kekasih
Hari-hariku meradang, menunggumu di kejauhan
Akhirnya...
Semoga ALLAH pun tautkan kita dalam bahagia
Dalam untaian do'aku
Dan kini kau datang mengobati kerinduanku
Sayang seribu sayang
kau datang sekejap saja, bertegur sapa
Lalu pergi untuk masa yang lama
Ya... Kehadiranmu cuma sekejap mata
kau berikan bahagia, pergi lalu berucap CINTA
Jagat berputar
Dan aku terjebak dikegelapan malam
Sekejap, cahaya menyingkap sang kegelapan
Malampun kembali gulita
Hanya harapan tak tersampaikan yang tersisa
Kedua mata ini, begitu lama
Menahan kerinduan menatapmu, duhai kekasih
Hari-hariku meradang, menunggumu di kejauhan
Akhirnya...
Semoga ALLAH pun tautkan kita dalam bahagia
Dalam untaian do'aku
Menanti Kekasih
Kulemparkan pandanganku pada rembulan
Kudapati ia begitu lambat berjalan
Cahayanya remang-remang tertutup awan
Menyinari angkasa membentang
Kunanti kala perjumpaan datang
Sementara kerinduan kian menerjang
Perjumpaan sungguh sangat melegakan
Sementara perpisahan amat sangat mencekam
Kala Berdo'a pada TUHAN akau berharap
Semoga dosa-dosaku memperoleh maaf
Dan Orang lain tak tertimpa keburukanku
Setelah lama kutunggu
kegembiraan kini menghampiri
Setelah lama kunanti-nanti
Dahaga yang lama mendera
Musnah sudah oleh air telaga...
Kudapati ia begitu lambat berjalan
Cahayanya remang-remang tertutup awan
Menyinari angkasa membentang
Kunanti kala perjumpaan datang
Sementara kerinduan kian menerjang
Perjumpaan sungguh sangat melegakan
Sementara perpisahan amat sangat mencekam
Kala Berdo'a pada TUHAN akau berharap
Semoga dosa-dosaku memperoleh maaf
Dan Orang lain tak tertimpa keburukanku
Setelah lama kutunggu
kegembiraan kini menghampiri
Setelah lama kunanti-nanti
Dahaga yang lama mendera
Musnah sudah oleh air telaga...
Air mata Hatimu
Air mata mengalir sudah
Dan tabir kasih tersingkap indah
Hatimu seumpama cermin
Memandangmu aku takkan pernah puas
Duhai kekasih,
Luapkan saja perasaan cintamu
Sungguh,
Pendapatku tentang CINTA tak beda denganmu
Sampai kapan kan kau sembunyikan
Tak kan kutinggalkan kau sendirian
Dan tabir kasih tersingkap indah
Hatimu seumpama cermin
Memandangmu aku takkan pernah puas
Duhai kekasih,
Luapkan saja perasaan cintamu
Sungguh,
Pendapatku tentang CINTA tak beda denganmu
Sampai kapan kan kau sembunyikan
Tak kan kutinggalkan kau sendirian
Rabu, 20 Juli 2011
Pelukan Sang Waktu
Semoga sang waktu tidak menghukumku
untuk selalu menunggu hingga kelelahan
karena terlalu lama bertahan
Semoga sang waktu segera membawakannya untukku
Semoga sang waktu berpihak padaku
Agar bisa aku menggapainya
Agar bisa aku merengkuhmu
Agar bisa aku tersenyum padamu
Dan berkata.........
Aku telah berhasil menggapai sang waktu
Aku ada dalam pelukan hangatmu
untuk selalu menunggu hingga kelelahan
karena terlalu lama bertahan
Semoga sang waktu segera membawakannya untukku
Semoga sang waktu berpihak padaku
Agar bisa aku menggapainya
Agar bisa aku merengkuhmu
Agar bisa aku tersenyum padamu
Dan berkata.........
Aku telah berhasil menggapai sang waktu
Aku ada dalam pelukan hangatmu
Pelukan Sang Waktu
Semoga sang waktu tidak menghukumku
untuk selalu menunggu hingga kelelahan
karena terlalu lama bertahan
Semoga sang waktu segera membawakannya untukku
Semoga sang waktu berpihak padaku
Agar bisa aku menggapainya
Agar bisa aku merengkuhmu
Agar bisa aku tersenyum padamu
Dan berkata.........
Aku telah berhasil menggapai sang waktu
Aku ada dalam pelukan hangatmu
untuk selalu menunggu hingga kelelahan
karena terlalu lama bertahan
Semoga sang waktu segera membawakannya untukku
Semoga sang waktu berpihak padaku
Agar bisa aku menggapainya
Agar bisa aku merengkuhmu
Agar bisa aku tersenyum padamu
Dan berkata.........
Aku telah berhasil menggapai sang waktu
Aku ada dalam pelukan hangatmu
Selasa, 19 Juli 2011
Dalam rindu
Dalam rindu yang tak tertahan,
aku hanya bisa menahannya
dalam hatiku yang sakit saat ini
Entahlah sampai kapan rindu ini
akan bertemu dalam sebuah irama kehidupan
SkenarioMU membuat aku harus
menahan asa 'tuk ada didekatmu
Hari hari yang ku jalani hanya bisa
diam dalam kesunyian rindu
Yang aku tahu pasti,
engkau merasakan rindu yang tak tertahan....
I SURE MISS YOU A LOT
aku hanya bisa menahannya
dalam hatiku yang sakit saat ini
Entahlah sampai kapan rindu ini
akan bertemu dalam sebuah irama kehidupan
SkenarioMU membuat aku harus
menahan asa 'tuk ada didekatmu
Hari hari yang ku jalani hanya bisa
diam dalam kesunyian rindu
Yang aku tahu pasti,
engkau merasakan rindu yang tak tertahan....
I SURE MISS YOU A LOT
memeluk senja
Sebenarnya aku tak ingin mengingatmu
Menyapamu diantara kenangan
yang berlari di otakku,
Tentang rindu yang slalu kujaga.
Tentang cinta yang slalu ada.
Tapi, sore ini,
Potongan kenangan ketika melepas kepergianmu
Menemanimu seharian,
Hingga aku pun harus mengecup tanganmu
Memeluk erat dirimu
sebagai tanda aku sangat menyayangimu
Dan berat melepaskanmu,
Katamu kelak kau kan kembali menemuiku
Untuk memeluk senja bersama
Menyapamu diantara kenangan
yang berlari di otakku,
Tentang rindu yang slalu kujaga.
Tentang cinta yang slalu ada.
Tapi, sore ini,
Potongan kenangan ketika melepas kepergianmu
Menemanimu seharian,
Hingga aku pun harus mengecup tanganmu
Memeluk erat dirimu
sebagai tanda aku sangat menyayangimu
Dan berat melepaskanmu,
Katamu kelak kau kan kembali menemuiku
Untuk memeluk senja bersama
rinduku yang tak terpuaskan
Sedangkan aku di sini, di puncak kerinduan ini
Beribu tahun memunguti kesepian tak terperi
Dalam ketidakberdayaan - di ruang kefanaanku
Dan menanti, akankah kau bakal datang lagi
Dengan senyum tulusmu
Kemudian pergi begitu saja, tanpa pamit dan jejak
Bersama mimpiku yang hambar
Juga rinduku yang tak terpuaskan
Beribu tahun memunguti kesepian tak terperi
Dalam ketidakberdayaan - di ruang kefanaanku
Dan menanti, akankah kau bakal datang lagi
Dengan senyum tulusmu
Kemudian pergi begitu saja, tanpa pamit dan jejak
Bersama mimpiku yang hambar
Juga rinduku yang tak terpuaskan
Senin, 18 Juli 2011
Naluri Rindu
Rinduku selalu mengalirkan namamu
Namamu selalu detakkan jantungku
Sulit kubendung naluri itu
Selalu begitu, setiap waktu
Tapi, kau tak ingat dan tak tak tahu
Dan akhirnya akulah yang terpuruk dalam rasa itu
Rasa yang ada sejak dulu, dari masa lalu
Dan kau tak pernah ingat dan tak pernah tahu
Rasa dan asaku padamu terukir begitu jelas di relung hati
Mengalir deras di aliran darahku
Memukul keras membuat lebih cepat detak jantungku
Sedikitpun, kau tak ingat dan tak tahu
Seperti menghitung jutaan bintang di malam hari
Seperti menghitung rinai hujan yang jatuh ke bumi
Seperti menghitung hamparan pasir di pantai
Sampai matipun kau tak kan pernah ingat dan tak kan pernah tahu
Bahwa disini ada satu hati yang menunggu, satu jiwa yang terbelenggu.
Namamu selalu detakkan jantungku
Sulit kubendung naluri itu
Selalu begitu, setiap waktu
Tapi, kau tak ingat dan tak tak tahu
Dan akhirnya akulah yang terpuruk dalam rasa itu
Rasa yang ada sejak dulu, dari masa lalu
Dan kau tak pernah ingat dan tak pernah tahu
Rasa dan asaku padamu terukir begitu jelas di relung hati
Mengalir deras di aliran darahku
Memukul keras membuat lebih cepat detak jantungku
Sedikitpun, kau tak ingat dan tak tahu
Seperti menghitung jutaan bintang di malam hari
Seperti menghitung rinai hujan yang jatuh ke bumi
Seperti menghitung hamparan pasir di pantai
Sampai matipun kau tak kan pernah ingat dan tak kan pernah tahu
Bahwa disini ada satu hati yang menunggu, satu jiwa yang terbelenggu.
Bilakah,,,,,,,,,,,
Hari hari ku sepi dan sunyi
Hanyalah kerinduan yang begitu
mendalam kurasakan padamu
Saat aku hanya sanggup meneteskan air mata
Aku merindukanmu
Aku hanya bisa menuliskannya pada
Selembar kertas putih yang bersih
Saat aku hanya sanggup tuk tediam dan terkatub
Aku telah menahan rindu ini kasih
Bilakah,,,,,,,,,,,
Hanyalah kerinduan yang begitu
mendalam kurasakan padamu
Saat aku hanya sanggup meneteskan air mata
Aku merindukanmu
Aku hanya bisa menuliskannya pada
Selembar kertas putih yang bersih
Saat aku hanya sanggup tuk tediam dan terkatub
Aku telah menahan rindu ini kasih
Bilakah,,,,,,,,,,,
Sabtu, 16 Juli 2011
Rindu
Aku masih seperti kemarin
Dilibat rindu yang tak berkesudahan
Kerinduan yang sudah tak kenal waktu
Meski menyiksa,
Aku tetap menjaganya dalam-dalam
Sekarang baru kusadari,
Rindu ini membuatku semakin mencintainya.
Meski tak ada batasan waktu untuk gurat rindu
Karena seharusnya,
Rindu yang tak semestinya ada....
Dilibat rindu yang tak berkesudahan
Kerinduan yang sudah tak kenal waktu
Meski menyiksa,
Aku tetap menjaganya dalam-dalam
Sekarang baru kusadari,
Rindu ini membuatku semakin mencintainya.
Meski tak ada batasan waktu untuk gurat rindu
Karena seharusnya,
Rindu yang tak semestinya ada....
Rabu, 06 Juli 2011
reffleksi diri di hari kelahiran
reffleksi diri di hari kelahiran
by Kang Onanks on Saturday, July 3, 2011 at 9:18am
Hari ini hari kelahiranku. Tatkala lahir, diriku menangis, sedangkan orang-orang disekelilingku tersenyum dan tertawa bahagia. Diantara mereka juga mendoakanku, agar kelak diriku menjadi anak nan sholeh. Berguna bagi keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama.
Sebagian besar dari kita ingat akan hari lahirnya. Namun sedikit saja dari kita ingat bahwa pada hari menjelang dilahirkan itu, sang ibu sakit dan menderita serta meregang nyawa. Menangis, menjerit dan meronta-ronta. Tak lupa pula disertai erangan rintihan, lontaran keluh dan cucuran peluh, serta tetesan darah. Mata berkaca-kaca dan mulut berkomat-komit dari bibir tipis ibunda. Memanjatkan seonggok doa yang terpatah-patah. Memohon pada Sang Maha Hidup, agar diri kita hadir ke dunia fana ini dengan selamat dan tak kurang apa-apa.
Perkenankan di hari kelahiran ini, daku mengenang akan sosok ibunda. Aku ingin mengenangkan akan kebaikan dan kasih sayangnya nan tulus dan tiada bertepi itu. Mengandung diriku kurang lebih 9 bulan dalam rahim dengan limpahan segenap cintanya. Membelai dan mengelus-elus perut sembari mengajak diriku berbicara. Walau soal itu aku tidak mengingat, namun samar-samar sentuhan jari jemari di perut ibu itu, masih terasa hangat dan lembut di lubuk kalbu.
Karenanya, di malam peringatan kelahiran ini, telah kukirim secarik doa pada-Nya. Menghaturkan ucapan lirih terima kasih, akan perjuangan ibunda di kala diriku masih dalam rahim dan buaiannya. Yang telah mengajariku mengucapkan dari mulai sepatah kata hingga beratus-ratus kata. Membimbing dan mendidik di kala kecil tentang makna akan keberadaan dan kehadiran diriku di dunia.
Telah kusaksikan dalam hidup ini, ribuan kali mentari bangun dan terbit di ufuk timur tatkala fajar tiba. Juga saat ia tidur dalam peraduan singkatnya dan tenggelam di horizon barat senja. Tatkala malam tiba pun, sudah tak terhitung dari penglihatan mata diri arti kehangatan lembut cahaya rembulan dan kedamainan lirih kerlap-kerlip bintang gemintang di ketinggian angkasa raya.
Kupejamkan mata sejenak, mengingat hari-hari yang telah lampau dan lalui. Sahabat dan saudara datang dan pergi silih berganti. Suka dan duka telah kukecap, serta sepenggal pengalaman hidup kureguk. Keberhasilan pernah diraih, namun kegagalan juga tak kuasa kutolak. Kesemuanya terkenang-kenang, akan menjadi serpihan-serpihan ornamen indah di bingkai langit pikiranku.
Mengenang itu, sepantasnya pula daku hari ini menundukkan kepala. Bersimpuh dan sujud ke haribaan-Nya, akan nikmat dan karunia serta berkah yang telah Engkau limpahkan padaku (dan keluarga) selama ini.
Pada hari ini, dari tiap-tiap tahun yang dilalui, aku masih bertanya-tanya, “darimana, hendak kemana dan apa?” Sebagian dari deretan tanya itu sudah aku jawab sendiri dari apa yang telah kuperbuat dalam tonggak-tonggak yang kupancangkan di perjalanan hidup ini. Namun masih saja menyisakan jawab yang tak bisa kuungkapkan hanya melalui kata-kata belaka.
***
Telah kugoreskan di awal tulisan sebaris untaian kata, “Tatkala lahir, diriku menangis sedangkan orang-orang disekelilingku tersenyum dan tertawa bahagia.” Pada saatnya nanti, ketika ajal menjemput, ingin diriku menyunggingkan senyum dan tawa bahagia. Sementara, orang-orang disekelilingku meneteskan air mata.
Bukan air mata lantaran kesedihan semata-mata akan kepergianku. Namun air mata untuk mengingat dan mengenang, sedikit saja akan kebaikan dan darma baktiku. Yang pernah kutorehkan, di hari-hari singkat namun serasa lama pada hidup dan kehidupanku.
Jika kelahiran merupakan ujung keberangkatan, maka kematian adalah pangkal kepulangannya. Batas-batas diantara keduanya itu tipis dan lembut. Bagaikan titian serambut dibelah tujuh. Lantaran itu, kala hari kelahiran tiba dan mengingatkanku, sudah sepantasnya pula kita mengingat akan hari kematian.
Dengan mengingat pula hari kematian yang kadang datang tiba-tiba itu, maka masing-masing diri kita diminta akan jawaban dari doa yang dipanjatkan orang-orang sekeliling ketika lahir: sudahkah diri kita ini berguna bagi keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama?
*****
by Kang Onanks on Saturday, July 3, 2011 at 9:18am
Hari ini hari kelahiranku. Tatkala lahir, diriku menangis, sedangkan orang-orang disekelilingku tersenyum dan tertawa bahagia. Diantara mereka juga mendoakanku, agar kelak diriku menjadi anak nan sholeh. Berguna bagi keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama.
Sebagian besar dari kita ingat akan hari lahirnya. Namun sedikit saja dari kita ingat bahwa pada hari menjelang dilahirkan itu, sang ibu sakit dan menderita serta meregang nyawa. Menangis, menjerit dan meronta-ronta. Tak lupa pula disertai erangan rintihan, lontaran keluh dan cucuran peluh, serta tetesan darah. Mata berkaca-kaca dan mulut berkomat-komit dari bibir tipis ibunda. Memanjatkan seonggok doa yang terpatah-patah. Memohon pada Sang Maha Hidup, agar diri kita hadir ke dunia fana ini dengan selamat dan tak kurang apa-apa.
Perkenankan di hari kelahiran ini, daku mengenang akan sosok ibunda. Aku ingin mengenangkan akan kebaikan dan kasih sayangnya nan tulus dan tiada bertepi itu. Mengandung diriku kurang lebih 9 bulan dalam rahim dengan limpahan segenap cintanya. Membelai dan mengelus-elus perut sembari mengajak diriku berbicara. Walau soal itu aku tidak mengingat, namun samar-samar sentuhan jari jemari di perut ibu itu, masih terasa hangat dan lembut di lubuk kalbu.
Karenanya, di malam peringatan kelahiran ini, telah kukirim secarik doa pada-Nya. Menghaturkan ucapan lirih terima kasih, akan perjuangan ibunda di kala diriku masih dalam rahim dan buaiannya. Yang telah mengajariku mengucapkan dari mulai sepatah kata hingga beratus-ratus kata. Membimbing dan mendidik di kala kecil tentang makna akan keberadaan dan kehadiran diriku di dunia.
Telah kusaksikan dalam hidup ini, ribuan kali mentari bangun dan terbit di ufuk timur tatkala fajar tiba. Juga saat ia tidur dalam peraduan singkatnya dan tenggelam di horizon barat senja. Tatkala malam tiba pun, sudah tak terhitung dari penglihatan mata diri arti kehangatan lembut cahaya rembulan dan kedamainan lirih kerlap-kerlip bintang gemintang di ketinggian angkasa raya.
Kupejamkan mata sejenak, mengingat hari-hari yang telah lampau dan lalui. Sahabat dan saudara datang dan pergi silih berganti. Suka dan duka telah kukecap, serta sepenggal pengalaman hidup kureguk. Keberhasilan pernah diraih, namun kegagalan juga tak kuasa kutolak. Kesemuanya terkenang-kenang, akan menjadi serpihan-serpihan ornamen indah di bingkai langit pikiranku.
Mengenang itu, sepantasnya pula daku hari ini menundukkan kepala. Bersimpuh dan sujud ke haribaan-Nya, akan nikmat dan karunia serta berkah yang telah Engkau limpahkan padaku (dan keluarga) selama ini.
Pada hari ini, dari tiap-tiap tahun yang dilalui, aku masih bertanya-tanya, “darimana, hendak kemana dan apa?” Sebagian dari deretan tanya itu sudah aku jawab sendiri dari apa yang telah kuperbuat dalam tonggak-tonggak yang kupancangkan di perjalanan hidup ini. Namun masih saja menyisakan jawab yang tak bisa kuungkapkan hanya melalui kata-kata belaka.
***
Telah kugoreskan di awal tulisan sebaris untaian kata, “Tatkala lahir, diriku menangis sedangkan orang-orang disekelilingku tersenyum dan tertawa bahagia.” Pada saatnya nanti, ketika ajal menjemput, ingin diriku menyunggingkan senyum dan tawa bahagia. Sementara, orang-orang disekelilingku meneteskan air mata.
Bukan air mata lantaran kesedihan semata-mata akan kepergianku. Namun air mata untuk mengingat dan mengenang, sedikit saja akan kebaikan dan darma baktiku. Yang pernah kutorehkan, di hari-hari singkat namun serasa lama pada hidup dan kehidupanku.
Jika kelahiran merupakan ujung keberangkatan, maka kematian adalah pangkal kepulangannya. Batas-batas diantara keduanya itu tipis dan lembut. Bagaikan titian serambut dibelah tujuh. Lantaran itu, kala hari kelahiran tiba dan mengingatkanku, sudah sepantasnya pula kita mengingat akan hari kematian.
Dengan mengingat pula hari kematian yang kadang datang tiba-tiba itu, maka masing-masing diri kita diminta akan jawaban dari doa yang dipanjatkan orang-orang sekeliling ketika lahir: sudahkah diri kita ini berguna bagi keluarga, masyarakat, nusa, bangsa dan agama?
*****
Langganan:
Postingan (Atom)